Sunday, September 26, 2010

Quwwatul Mali

  •  Sebaik baik harta adalah harta yang berada ditangan orang yang shaleh.Rasulullah tegaskan : Dari "Amr bin 'Ash Rasulullah bersabda : " Nikmat harta yang baik adalah pada orang shaleh.Karena harta yang haram itu jelek,menjerat, mendatangkan adzab serta mencelakakan " (HR Ahmad 4/197,2002 dan Thabarani,dishahihkan oleh Al Iraqi dalam takhrij 'ihya (3/234).
          Muhammad bin Wasi' al Azdi ra mengatakan "tidak jadi baik suatu harta kecuali dipergunakan untuk    empat perkara perbaikan nasib kaum muslimin,bisnis yang halal pemberian dari saudara seiman dari harta yang masih ditangan atau warisan yang dibagi sesuai kitabbullah Ibnu Syaibah,Al mushannaf No.10 kitab buyu' wa al aqdhiyah,bab fii at-tijarah wa at raglabah fiyha ).

 Harta sarat fitnah,khusus bagi umat Rasulullah SAW,fitnah harta menjadi ujian tersendiri yang beliau khawatirkan dalam berbagai hadist. Ka'ab bin "Iyadh meriwayatkan " Inna likulli ummatin fitnah,wa fitnatu ummati al-mal " setiap punya ujian (fitnah ). Dan salah satu ujian bagi ummatku adalah fitnah harta " ( HR Turmudzi,Ibnu Hibban dan Al Hakim dan ia menshahihkannya. Ibnu Hajar Al  Asqalani,al-fath (24/31 ).
 jika seseorang terkena fitnah harta ,hati orang tua renta ( qolbu'n - syeikh ) bisa dibuatnya berubah menjadi :al -hirs wa  thuwlul 'amal,dia akan menjadi serakah dan dibuai oleh angan angan hampa. Lebih buas daripada serigala. Dia menjadi Haraman Mufannidan ( orang tua pecandu ). Jika menimpa orang miskin,dia akan menjadi faqran mansiyan ( gembel yang lupa diri ). Jika terkena orang kaya dia akan menjadi ghinan muthghiyan  ( orang kaya mendadak yang merusak ). Manakala menimpa orang sakit,dia menjadi  Mardhan Mufsidan ( penyakit yang bikin sial ),dan matinyapun mati mendadak ( Mawtan Mujhiyan ). Rasulullah ditanya mengapa bisa demikian. Dijawab : " Ketika dia sibuk,maka tiba tiba ajalnya menjemput " ( HR Turmudzi [2307] Dari Abu hurairah dan Bukhary [11/203]Turmudzi [2335] Ibnu Majjah [4232],dari Anas bin Malik.Hadist Turmudzi dari Abu Hurairah,dha'if Rawi lemah Mihrar bin Harun. Imam Dzahabi mentebutnya matruk [ rawi yang ditinggalkan riwayatnya ],Imam Turmudzi sendiri menyebutnya. hadist hasan).
  • Pengorbanan dengan harta mendahuluipengorbanan dengan jiwa atau nyawa.Pengorbanan lewat harta adalah Muqaddimah jihad an-nafs dan menempati seutama utama amal sosial setelah zakat,infaq termasuk wilayah jihad yang dalam 9 tempat di kedepankan oleh Al-Qur'an dari jihad an-nafs [see Al- Qur'an,3 : 142,-4: 95,-8: 72,-9 : 20,-9 : 41.-9 : 44,- 9 : 88,-49 : 15,- 61 :11].Dan hanya jihadu'n-nafs didahulukan dari jihadu'l-mal. yaitu dalam surah At Taubah : 111, " sesungguhnya Allah telah membeli dari orang orang mu'min,diri dan harta mereka dengan jaminan surga untuk mereka "
[ Kajian tematik ta'lim]

Wednesday, September 22, 2010

Multilevel Marketing ( MLM ).

  1.  Diskripsi masalah
Multilevel marketing merupakan istilah mengenai suatu sistem pemasaran melalui pembentukan jaringan pemasaran dengan multilevel ( banyak tingkatan ). Sistem pemasaran ini telah banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan,meskipun tidak menyebutnya sebagai sistem multilevel marketing. Para pemasar pada setiap level ( tingkatan ) di haruskan menjadi member ( anggota ) dengan membayar sejumlah uang atau dengan membeli produk. Para pemasar sebagai member pada setiap level memperoleh potongan harga yang telah ditentukan atas pembelian dan penjualan sejumlah pemasar sebagai member pada setiap level di bawahnya.
 Dalam suatu misal, seorang menjadi member untuk memasarkan suatu produk dan berhak memperoleh potongan harga yang telah ditentukan. Jika ia mampu menggalang jaringan pada level dibawahnya minimal lima orang pemasar sebagai member yang masing masing mampu pula menggalang jaringan pada level dibawahnya minimal lima orang pemasar dibawahnya sebagai member. Bahkan ia memperoleh potongan harga atas pembelian dan penjualan oleh setiap member pada setiap level dibawahnya dan terus ke bawah. Demikian pula setiap pemasar sebagai member pada setiap level memperoleh hak yang sama.

  • Pertanyaan ?
Bagaimanakah hukum mengenai sistem pemasaran dalam Multilevel Marketing ?

  • Jawaban.
Hukum sistem pemasaran dalam Multilevel Marketing adalah dengan rincian sebagai berikut :
  1. Ketentuan untuk menjadi member ( anggota ) sebagai syarat bagi setiap pemasar,hukumnya mubah/boleh.
  2. Pemberian hadiah, bonus atau potongan harga kepada setiap pemasar sebagai comissioner ( makelar ) atas pembelian yang dilakukan oleh para pemasar sebagai comisioner pada level ( tingkatan ) di bawahnya adalah mubah dan syah karena diberikan atas keberhasilannya dan termasuk akad ( transaksi ) ju'alah ( hadiah ).
  3. Akad atau transaksi sebagai member ( anggota ),pemberian hadiah,dan jual dalam sistem Multillevel Marketing tidak terdapat unsur gharar,maisir,riba,dsb
  4. Antara persyaratan menjadi member ( anggota ) dan pemberian hadiah, bonus atau potongan harga serta antara  pembelian dan pemberian hadiah tida terdapat unsur bai'atain fiy bai'ah ( dua akad jual beli yang terikat dalam satu akad ) atau shofqoh fiy shofqotain( dua akad yang terikat dalam satu akad ).
  5. Apabila ada sistem pemasaran dalam Multilevel Marketing terdapat sistem lain yang mengandung unsur gharar,maisir,riba dan sebagainya,serta bai'atain fiy bai'ah ( dua akad jual beli yang terikat dalam satu akad ) atau shofqotain fiy shofqoh ( dua akad yang terikat terikat dalam satu akad ),maka hukumnya haram.
  • Dasar penetapan
  1. Al _ Qur'an.
  2. As Sunnah.
  3. Aqwal Ulama.
( Komisi Bahtsul masail ).

Monday, September 20, 2010

Kedudukan duduk sahwi dan kaifiahnya.

  • Sujud sahwi ( sujud karena lupa ).
Rasullullak pernah kelupaan dalam shalatnya,maka beliau bersujud dua sujud.Disebagian kelupaannya,beliau sujud sebelum salam dan sebagian kelupaanya lagi,beliau bersujud sesudah salam.
  1. Rasulullah pernah meninggalkan tasyahud awal pada shalat dluhur ,maka beliau bersujud di akhir tasyahud kedua sebelum salam dengan bertakbir pada tiap tiap sujud.
  2. Rasulullah pernah bersalam disalah satu shalat dluhur,atau shalat 'ashar sebelum sempurna shalatnya( di rakaat yang ke-2).Sesudah berkata kata,beliau bangun menyempurnakan shalat itu.kemudian beliau bersujud setelah salam dengan bertakbir.
  3. Rasulullah pernah bersalam sebelum sempurna shalat satu rahaat lagi.sesudah diingatkan oleh oleh orang yang berada disampingmya,makambeliau masuk lagi ke masjid.. Sesudah Bilal ber-Iqamah,lalu beliau bershalat satu rakaat lagi.Sesudah salam beliau bersujud.
  4. Rasulullah pernah ber shalat dluhur lima rakaat,maka beliau bersujud sesudah salam.
  5. Rasulullah pernah bershalat 'ashar tiga rakaat,sesudah beliau masuk kerumahnya,beliau diiingatkan.Maka beliapun keluar lagi ke masjid mengerjakan satu raka'at lagi,dan lalu beliau bersujud sesudah salam.
  • Sujud karena ragu
Diberitakan oleh Abdurahman ibn Auf ra.
"Aku mendengar Rasulullah SAW berkata : " Apabila ragu seorang kamu,maka ia tidak mengetahui : apabila satu rakaat ia bershalat atau telah dua ,hendaklah ia jadikan satu rakaat saja. Dan apabila ia tidak mengetahui lagi,apakah baru dua rakaat ia bershalat atau tiga,hendaklah ia jadikan dia dua rakaat sahaja. Dan apabila ia tidak mengetahui lagi,apakah baru tiga rakaat ia shalat atau empat,hendaklah ia jadikan tiga rakaat sahaja. Kemudian apabila telah selesai shalat ia bersujud dua sujud dalam keadaan duduk sebelum salam " (HR Ahmad : Subulus Salam I : 282 ).
Diberitakan oleh Ibnu Mas'ud ra.ujarnya:
" Nabi SAW bersabda : " Apabila salah seorang kamu ragu dalam shalat,maka hendaklah berusaha benar benar mencari yang lebih benar  ( dari shalatnya ).dan hendaklah ia menyempurnakan shalatnya itu atasnya ( atas yang benar ).Kemudian ia bersalam. Dan sesudah itu ia berdujud dua sujud.." (HR AL- Bukhari Muslim : Subulus Salam I : 282 ).
 Maka apabila kita meninggalkan sesuatu yang seharusnya tidak ditinggalkan dalam shalat,hendaklah kita bersujud dengan dua sujud,untuk menutupi kekurangan ( kealpaan ) itu.
Sujud yang dua ini boleh dilakukan dalam shalat,dan boleh diluarnya jika kelupaan itu tidak bersamaan dengan kelupaan Rasulullah SAW.(yang telah diterangkan ).
 Demikian kesimpulan sesudah ditinjau masalah ini dalam segala madzab.
Adapun di tempat tempat yang  ada nash ( tegas, diterangkan dilima tempat di atas ),hendaklah dilakukan menurut perbuatan Rasulullah SAW sendiri.
  Jika sujud sahwi itu dilakukan sesudah salam,maka kaifiat sujud itu,ialah bertakbir lalu bersujud dua kali,sesudah itu bertyasyahud dan sesudah itu bersalam.

  •  Sujud karena meninggalkan sesuatu sunnat.
 Disukai kita bersujud karena meninggalkan sesuatu sunnat yang di sunnatkan,baik yang di namai hai-ah,maupun yang dinamai ab'adl,karena mengingat hadist :
           " Bagi tiap tiap kelupaan itu,dua sujud " (HR Abu Daud dari Tsauban : Subulus Salam I : 285 ).
  Dan tidak ada keterangan yang disyari'atkan sujud lantaran meninggalkan sunnat ab'adlnya saja. Tidak ada perbedaan yang namanya hai-ah dengan yang dinamai ab'adl. Kedua duanya disunnatkan. Orang yang mengatakan ada perbedaan antara keduanya,diharuskan membawa dalil.
                         " Apabila Imam bersujud sahwi,hendaklah makmum mengikutinya "

( dinukil dari pedoman shalat : Prof Hasbi As Siddiqi ).

Saturday, September 18, 2010

Merayakan Iedul fitri dengan intropeksi diri.

Perayaan hari raya Iedul Fitri sesuai dengam essensi dan tuntunan yang Islami,ditinjau dari berbagai dimensi,sebagaimana yang terjadi selama ini di tanah air kita Indonesia.Adapun dapat kita uraikan melalui dimensi ritual,dimensi spiritual,dimensi sosial,dimensi cultural seremonial,dan dimensi finansial.
  • Pertama dimensi ritual.
Ada dua ritual penting sehubungan dengan Iedul Fitri ini yaitu takbir dan sholat Ied. Kalimat takbir yang berkumandang sejak semalam hakekatnya merupakan ikrar kita banwa yang Maha Besar hanyalah Allah swt,sebagai penguasa alam jagad raya. Alangkah kecilnya makhluk yang lemah tiada berdaya. Walaupun mungkin kita " Banyak harta punya banyak kuasa atau banyak ilmu " kita tidak akan merasa diri besar dalam Islam disebut " takabbur " Menurut Imam Ghazali, takabbur yang paling buruk adalah takabbur kepada Allah. Kita tidak mau ruku',dan sujud yang diperintahkan oleh-Nya.kita cuek - bebek dengan larangan larangan- Nya. Kadang demi kekayaan dan kekuasaan duniawi kita bersedia melanggar hukum yang telah ditetapkan- Nya. Kita juga takabbur kepada Allah bila kita saling merendahkan antara sesama manusia padahal Allah telah mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi. Maka takabbur hanya bisa disembuhkan dengan menggemakan kembali takbir di lapangan,di rumah, di kantor dan yang paling penting adalah didalam diri kita sendiri.
Untuk itu marilah kita Tanya kepada diri kita masing masing apakah kita sudah melakukanya ?
Ritual khas Iedul Fitri - yang telah kita mengerti adalah sholat Ied yang telah kita laksakan kemarin hari. Yang Alhamdulillah kesadaran kita sudah sangat tinggi,boleh dikatakan tidak ada orang mengaku muslim tidak sholat Ied. Fenomenanya adalah betapa melimpah ruahnya tempat tempat sholat Ied yang ribuan jumlahnya di Ibukota ini dikunjungi oleh para jamaah. Pada hal sekitar 3,5 juta penduduknya mudik.dan itu jumlah tidak sedikit. Beberapa ribu tempat lagi dibutuhkan untuk sholt Ied,seandainya mereka tidak mudik. Sementara kita semua tahu hukum melaksanakan sholad Ied adalah sunnah.sebab yang wajib adalah sholat lima waktu dan sholat Jum'at bagi kaum laki laki. Marilah kita bertanya kepada lubuk hati kita yang paling dalam. " Apakah sebagai Muslim kita telah mampu melaksanakan sholat wajib dengan penuh keceriaan seperti saat saat seperti ini ? Dan kalau sudah, apakah sholat yang kita laksanakan telah mampu mewarnai sikap dan perilaku kita sehari hari sesuai dengan sholat kita ?".

  • Kedua yakni dimensi spiritual.
Dalam berbagai literatur Islam ,kita semua mengetahui bahwa pada hari raya Ied Fitri ini kondisi rohaniah kita dalam keadaan suci tanpa dosa?,kembali pada siklus fitrah. Sebagaimana pada hari ketika kita dilahirkan oleh ibu kita? sehingga kita dengan bangga menghaturkan ucapan " Minal 'aidin Wal Faiidzin " yang maksudnya kita termasuk orang yang kembali suci  dan orang orang yang mendapat kemenangan Minal A'idin, itu dicapai karena kita selama sebulan telah berpuasa,berssholat taraweh,bertadarus,berzakat fitrah dan ibadah ibadah lainya. Sementara Al Faiidzin menurut surah At Taubah ( 9:20 ).
Oleh sebab itu ,kita mencoba bertanya pada diri masing masing di dalam sanubari yang paling dalam,apakah kita sudah layak mengucapkan dan saling mengirim surat dengan kalimat " Minal 'Aidin Wal Faiidzin ".
  • Ketiga,dimensi sosial.
Ada dua dua dimensi sosial yang sangat mengkristal pada saat saat seperti ini.Yaitu kesalihan sosial dan komunikasi sosial,ini semua karena berkahnya ramadan dan Iedul fitri yang baru kita rayakan.Tentu amat banyak ayat ayat Al-Qur'an dan Hadist-Hadist sabda Nabi Muhammad SAW yang menyeru kepada umatnya agar supaya tidak hanya mementingkan kesalihan sosial.Sabdanya antara lain: " Bagi tiap sesuatu ada kuncinya,dan kunci syurga adalah orang orang miskin ". Masih diantara kita yang Tahhajudnya tidak pernah putus/ketinggalan,hajinya berkali kali,tidak ada majelis dzikir yang selalu diikutinya,tidak sedikit airmata dikucurkan.Tetapi ia masih acuh terhadap kaum dhu'afa fakir miskin,orang yang kelaparan,orang sakit dan orang orang yang tidak berdaya. Kita larut dan khusu' dalam ibadah akan tetapi mengabaikan orang orang yang membutuhkan uluran tangan kita.
Maka janganlah kita asyik dengan kenikmatan spiritual sendiri,sebagaimana Sabda Rasulullah sendiri dalam hadistnya yang begitu indah diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Hurairah ra:
Allah ta'ala akan berfirman pada hari kiamat : Hai anak Adam, Aku sakit tapi tidak engkau jenguk. Ujarnya : Yaa Tuhanku bagaimana aku akan menjengukMu padahal engkau Tuhan seru sekalian alam. FirmanNya : Tidak tahukah engkau bahwa hambaku si Fulan sedang sakit,tetapi tidak engkau jenguk ? Tidak tahukah engkau bahwa seandainya kamu menjenguknya akan engkau dapati Aku disisinya? Hai anak AdamAku meminta makanan kepadamu,tetapi tidak engkau kabulkan. Ujarnya : Yaa Tuhanku bagaimana aku akan memberiMu makan,padahal engkau Tuhan seru sekalian alam? FirmanNya : tidakah engkau ketahui bahwa si Fulan meminta kepadamu tetapi tidak engkau tanggapi ? Ketahuilah seandainya engkau memberinya makan,niscaya engkau akan mejumpai Aku disisinya. Hai anak Adam,aku meminta minum kepadamu,tetapi tidak engkau kabulkan. Ujarnya :  Tuhanku bagaimana aku dapat memberiMu minum padahal Engkau Tuhan Rabbu 'Alamin ? Firmanya : HambaKu si Fulan meminta supaya diberi minum,tetapi tidak engkau acuhkan. Tidakah engkau ketahui bahwa seandainya engkau memberinya minum,akan engkau temui Aku disisinya.
 Marilah kita ber-intropeksi sudahkah kita melakukanya tidak hanya di bulan Ramadan,tetapi di hari hari yang lain. Kita juga harus berkomunikasi sosial atau silahturahim dengan sungguh sungguh Ada Hadist Qudsi bunyinya seperti ini : " Allah SWT berfirman : Akulah Allah ,Akulah Ar-Rahman,Aku ciptakan Ar_Rahim,dan dari kata itulah salah satu namaKu berasal. Maka barang siapa yang menghubungkan tali silaturahim Aku akan menghubunginya,dan barang siapa memutuskanya aku akan memutuskan hubunganKu denganya " ( HR.Abu Dawud ).

Sahabat Ubaidah bin Shamit berkata bahwa Rasulullah SAW,bersabda:
Allah SWT,berfirman :
" Pasti kecintaan KU atas orang orang yang saling mencintai karenaKu,pasti kecintaanKu atas orang orang yang saling menasehati karenaKU.pasti kecintaanKu pada orang orang yang saling mengunjungi karenaKu.pasti kecintaanKu atas orang orang yang saling mencukupi karenaKU,Mereka berada diatas mimbar mimbar dari cahaya,tempat mereka sejajar dengan tempat para Nabi dan para shiddiqiin
"( Maa jaa-a Fii Ziyarotil Ikhwan I/2/78).

Dalam Hadist dari Muadz bin Jabal ra,beliau bersabda:
"Apabila dua orang Muslim bertemu kemudian salah seorang dari keduanya tersenyum kepada yang lain kemudian ia menjabat tanganya maka berjatuhanlah dosa-dosa keduanya sebagaimana dedaunan yang berjatuhan dari pohonnya " ( Ibnu Abi Dunya dalam Al- Ikhwan ).

Sudahkah diantara kita mengamalkan ajaran yang luhur tersebut.?

  • Keempat,dimensi cultural seremonial.
Tradisi yang telah membudaya khususnya di Indonesia,bahwa Iedul Fitri dirayakan dengan seremonial special. Silaturahim dan halal bi halal dilakukan oleh setiap instansi,open house,dilakasanakan oleh para pejabat dan para tokoh masyarakat,yang tentu membawa manfaat yang tidak sedikit. Selain itu kebiasaan mudik adalah merupakan fenomena yang amat sungguh spectaculer,yang dilakukan puluhan juta warga. Sementara semua daerah hampir mempunyai cara dan budaya sendiri dalam merayakannya.Kesemuannya itu sah sah saja,atau bahkan bisa memperkaya khasanah kebudayaan Islam yang diwarnai oleh akulturasi dengan budaya setempat. Yang mesti diwaspadai ialah : " Jangan sampai upacara dan kebiasaan tersebut merusak kondisi rohaniah kita yang sudah FITRI ". Hal ini sangat penting karena Rasulullah SAW,pun mengingatkan kita dengan sabdanya:
Sesungguhnya iblis pada setiap hari raya menjerit,maka berkumpulah anak buah iblis dihadapanya,Mereka bertanya kepada iblis,Tuan kami siapakah yang telah membuat tuan murka sungguh akan aku hancurkan dia. Iblis menjawab : "Tak apa apa, hanya Allah telah memberi ampunan ummat ini. Maka kalian harus membuat mereka sibuk dengan kelezatan kelezatan,keinginan keinginan nafsu dan minum arak,sehingga Allah akan murka kepada mereka ". ( Wahab bin Mannabih ).

 Mari ber- intropeksi diri " sudahkah kita mewaspadai pada hal hal tersebut...........?.
  • Kelima,dimensi Ekonomi Finansial.
Satu fenomena lain yang tak kalah pentingnya pada bulan Ramadan dan Iedul fitri adalah dibidang ekonomi dan finansial. Betapa tidak sepanjang Ramadan permintaan barang dan jasa mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Teruama disekitar  lebaran. Kebutuhan terhadap mata uangpun meningkat sangat tajam. Sehingga untuk keperluan lebaran masyarakat, Bank BNI saja menyiapkan tidak kurang dari Rp.65 triliun ( kompas ). "Bulan puasa dan lebaran ternyata sangat signifikan mendorong perekonomian Bila dibandingkan dengan negara negara barat,signifikasi bulan Ramadan dan lebaran pada perekonomian dapat disamakan dengan gabungan dua musim penting,yaitu liburan musim panas ( summer holidays ) dan liburan natal (christmas holidays ) ". ( Aditiawarman Karim,Republika 15 September 2008 ).

Berbicara mengenai hal tersebut diatas berarti kita bicara pola komsusi,bila bicara tentang pola komsusi,tentu tidak dapat terlepas dari tuntunan Allah dalam agamaNya yang suci.
 Al-Qur'an dan Hadist telah dengan jelas memberi petunjuk kepada kita tentang komsusi agar manusia menjadi terarah dalam perilaku komsusinya,yang akan dapat menjamin kehidupan manusia yang adil dan sejahtera dunia dan akhirat.
Dalam surah Al - A'raf ( 7 : 31 ),Allah berfirman :
" Hai anak Adam,pakailah perhiasanmu yang indah setiap memasuki masjid,makanlah dan minumlah tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berlebih lebihan ".

Secara eksplisit Allah memerintahkan kepeda hambanya agar dalam makan dan minum dilakukan secara wajar,tidak isyraf  ( tidak berlebih lebihan dan melampui batas ) Berlebih lebihan atau melampui batas dalam komsusi suatu kebutuhan sangat dicela oleh Islam.

Dalam riwayat Hadist lain :
 " Makan dan minumlah kamu,bersedekahlah dan berpakaianlah kamu tetapi jangan berlebihan,karena Allah anat suka melihat bekas ni'matnya pada hamba hambaNya," ( HR Ibnu Majjah dan An - Nasa'i ).
Dari Abu Hurairah,bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda :
" Seorang hamba akan berkata : hartaku,hartaku. Padahal yang menjadi miliknya hanya ada 3 hal saja. Apa yang dimakan kemudian habis,Apa yang dipakai kemudian hancur,dan apa yang disedekahkan kemudian kekal. Selain yang tiga perkara tersebut akan hilang dan ditinggalkan untuk manusia. " ( HR Muslim ).

Maka sedekah,Infaq,maupun Zakat merupakan bagian dari komsusi dalam Islam. Dengan demikian Rumus pendapatan ( Y ) dalam Islam berbeda dengan rumus ekonomi konvesional yang tidak memasukan ( S ) sedekah,sehingga Rumusnya adalah:

Rumus pendapatan                                                          
Ekonomi konvesional
Y = C + S

Rumus pendapatan
Ekonomi Islam
Y = ( C + Sedekah ) + S

Catatan:
Y = Pendapatan
C = Komsusi
S = Tabungan

Marilah kita bertanya pada diri kita sendiri,sudahkah kita mengikuti pola komsusi Islami tersebut ?.

Bila kita menjawab dari semua pertanyaan pertanyaan tersebut diatas " negatif ",maka janganlah pesimis atau berkecil hati,karena Allah dengan sifat Rahman dan RahimNya selalu menunggu kita untuk selalu mendekat dan bertaubat kepadaNya. Satu  hal yang penting, kita sudah memegang kunci kebahagiaan baik di dunia dan akhirat,yaitu Islam sebagai Rahmatan Lil  'alamin,jangan sampai lepas dari genggaman.

Wallahu 'Alam

( KH. Drs. Syarifuddin Mahfudz,M.Si ).